Cinta itu seperti kupu kupu, semakin dikejar semakin dia lari, tapi kalo dibiarkan terbang dia akan datang disaat kamu tidak menginginkannya.cinta dapat membuat kamu bahagia tapi sering juga bikin kamu sedih.

Jumat, 04 April 2008

'Kutu' Sang Penyelamat

"Kutu apa yang paling menguntungkan," tanya seorang rekan di Balikpapan beberapa hari yang lalu. Bah, sekenanyalah saya menjawab pertanyaan konyol tersebut. Mungkin saja hanya sebuah pertanyaan bercanda, pikirku.

Kutu, bagi saya, itu menyebalkan, bikin stress, bikin orang gak pede, jorok, tengik, dan sejumlah kata yang menggambarkan segudang kebencian akan hewan hitam kecil mungil itu.

Kutu, kata rekan saya tersebut, telah menolong hidupnya dari keterpurukan. Dia hewan penyelamat dalam kesesakan yang dialaminya bertahun-tahun. Mendengar perkataan itu, saya cekikikan. Sedikit emosi, akhirnya rekan seangkatan saat menempuh studi di perguruan tinggi tersebut, menceritakan kisah kutu si penyelamat tersebut.

"Saya telah mengalami hal yang sama dengan cerita tentang kutu Jerman pada zaman Nazi, dan karena kutu itulah saya merasa sebagai orang yang benar-benar merdeka, " tuturnya.

Saat Nazi memegang kendali di pemerintahan Jerman, yang saat itu menjadi negara 'super power', kaum Yahudi yang berada di negara tersebut harus menelan pil pahit. Semua golongan Yahudi laki-laki dibantai habis-habisan oleh tentara Nazi, sedangkan para perempuan dipenjara dalam sel.


Wanita Yahudi selain menerima siksaan, juga diperlakukan tidak senonoh oleh Tentara Nazi yang memperkosa satu demi satu perempuan Yahudi. Dua kakak beradik yang tinggal di sebuah desa pun tidak luput dari incaran tentara Nazi yang 'haus seks'. Berdua ditangkap dan dijebloskan dalam penjara.

Saat itu, karena banyaknya perempuan yang ditangkap, hampir semua isi penjara itu penuh. Hanya satu ruang penjara saja yang masih tersisa, yaitu dibawah tanah. Ruang inilah akhirnya menjadi Tempat pesakitan bagi pasangan kakak beradik ini. Ruangan sel yang tersisa itu, berbeda dengan ruangan lain. Tempat itulah dikenal sebagai ruangan terjorok dibandingkan yang lain. Lembab, dan Banyak kutu dan tikus.

Melihat ruangan yang menjadi bagian hidup yang 'tak bermasa depan' itu, membuat kedua perempuan kakak beradik itu berkeluh kesah karena merasa paling hina dibandingkan dengan tahanan yang lain.

Hampir setiap hari, keduanya menangis. Orang tua dan saudara laki-laki mereka dibunuh, sementara hidupnya penuh dengan kutu. Bisa dibayangkan betapa naifnya kehidupan dua bersaudara itu. Berbeda dengan tahanan perempuan Yahudi lainnya, kedua kakak beradik ini dikenal soleh. Ia sering berpuasa, beribadah, menjalankan 10 hukum Taurat, bahkan memberikan sepersepuluh dari penghasilannya kepada Tuhan.

Dalam kesesakannya dalam penjara yang penuh dengan kutu tersebut, keduanya 'memprotes' Allah yang tidak pernah membalas apa yang diperbuatnya. Allah dianggap telah meninggalkan dirinya, bahkan muncul ketidakpercayaan akan kehadiran Allah.

Beberapa tahun kemudian, perempuan-perempuan dalam tahanan dikumpulkan dalam sebuah lapangan oleh komandan Nazi yang memperoleh laporan bahwa banyak wanita Yahudi yang telah diperkosa oleh anak buahnya. Komandan tersebut ingin mengetahui bukti dari kebenaran tersebut, dan menghukum prajuritnya yang melakukan perbuatan cabul tersebut.

"Siapa diantara kamu yang pernah diperkosa harap berdiri, " teriak komandan tersebut. Semua wanita berdiri, hanya dua kakak beradik tersebut yang tetap duduk bersila. Dengan heran, komandan tersebut berkata kepada salah satu anak buahnya. "Mengapa hanya dua wanita yang masih perawan, dan paling montok itu tidak kamu perkosa, dan malah perempuan tua tak berbentuk yang dipilih. Bukankah, ia lebih nikmat dibandingkan yang lain, " kata komandan tersebut.

Tentara yang ditunjuk segera menjawab, "Bagaimana memperkosanya, wong badannya dipenuhi kutu. Belum 'dimasukkan' sudah gatal semua, " katanya. Kedua wanita itu baru mengerti, kutu yang menyebalkan itu telah menolongnya.

Rupanya, Tuhan yang dianggap meninggalkannya, mempunyai rencana besar dan terindah meskipun terlihat buruk dalam pandangannya. Oh, ternyata itu cerita sang kutu item yang dipetik rekan saya dalam karangan penulis besar di Amerika, yang namanya sendiri lupa disebutkannya.

Dari cerita tersebut, rekan saya bercerita dirinya mengalami hal serupa. 'Kutu' masalah yang melilit kehidupannya hampir membuat dirinya putus asa dan ia merasa tiada hari depan yang lebih baik. Namun, dengan kutu kini ia mendapatkan sebuah harapan besar dalam kehidupannya.

5 tahun lalu, rekan saya menderita sakit parah. Belum sembuh dari penyakit itu, salah satu keluarganya meninggal. Beberapa tahun kemudian, rencana pernikahan dengan seorang wanita asal Manado pun gagal setelah tahu apabila pacarnya itu telah memilih pria yang lebih sehat dibandingkan dirinya.

Sebelum bertemu beberapa hari yang lalu di sebuah cafe? di kawasan dekat pantai Bunaken. Saya tidak pernah terpikirkan akan bertemu dengannya, karena menurut rekan yang lain, ia sedikit strees dan pergi ke daerah Kalimantan untuk berobat. Pertemuan yang tidak terduga itu membuat saya kaget dan terheran-heran, ia sehat, gemuk dan kini punya pasangan cantik dan sebuah mobil plat hitam miliknya.

Padahal, sewaktu sama-sama di kampus, ia dikenal kering kerontang. Tanpa basa-basi, ia menjabat tangan saya dan berkata 'kutu' saya yang dulu telah mendatangkan keuntungan. Ia bertemu dengan gadis Kalimantan, yang kini akan dilamarnya.

"Setelah bertemu dengan impian hati, tiba-tiba saya serasa sembuh dan hasil medis mengatakan penyakit saya sudah sembuh sebelum diobati. Bahkan saya telah mendapatkan rejeki secara materi, " katanya.

Pertemuan itu pun juga menjadi obat bagi saya, yang beberapa pekan lalu ada sedikit masalah keluarga yang sedikit mempengaruhi konsentrasi saya dalam bekerja. Namun, masalah tersebut kini usai, dan ternyata 'kutu' dalam cerita zaman Nazi itu telah ada. Bagaimana dengan anda, rindukah akan 'kutu' yang akan membawa anda terbang dalam kesuksesan? bukankah "RencanaKu (Allah) bukanlah rencana yang mencelakakan, melainkan rencanaKu adalah rencana yang melegakan"

Tidak ada komentar: